Rabu, 22 Oktober 2008

wajah

pucuk-pucuk duka bersemi diranting cemara
terdiam aku berjalan mengikuti jalan setapak
langkahku terasa begitu berat
lelah...tenggelam dalam bayang matahari senja

kabut menggelapkan pandangku
kadang hati menggelepar
meringkuk
disudut-sudut keperkasaan asa

ah...
wajah itu...
wajah rindu di puncak bukit gersang
mengisyaratkan penat teramat sangat penat

aku bertanya pada tebing batu
siapa dia?????
aku bertanya pada semak
siapa dia?????
aku bertanya kesekian kalinya pada debu
siapa dia?????
namun mereka hanya diam

tebing batu tetap kokoh mencuram
semak hanya bergoyang dihembus sang bayu
debu beterbangan terbawa angin

aku duduk diatas batu hitam
hujan mulai merintik
menerpa
menghujam bumi bagai jarum-jarum kecil yang tajam
bagaikan tirai kusibakkannya dengan berlari
tanpa peduli dia yang belum kutemukan jawabnya

kuturuni jalan setapak
air kecokelatan mengalir deras disisinya
dan tahukah kau......airmataku bercampur dengan air huja

aku terus berlari
kosong.....pikiran menerawang

lalu...

kemudian

aku terjatuh diatas gubdukan tanah merah basah bernisan